Tulislahperbedaan atau persamaan karakteristik novel angkatan 20—30an dengan novel masa kini yang pernah kamu baca! Bacalah dengan seksama sebuah novel angkatan 20-30-an dan novel Indonesia mutakhir berikut, kemudian kerjakan hal-hal berikut ini ! 1. Identifikasilah karakteristik novel tahun 20-30-an Pedoman Penskoran No. Kegiatan Skor 1.
20-30-an Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari materi pada subbab ini, kamu diharap dapat membandingkan karakteristik novel angkatan 20-30an. Pada Pelajaran 5 kamu telah mengidentifikasi novel Angkatan 20-30. Pertemuan ini kita kembali membandingkan karakteristik novel angkatan ini. Angkatan Balai Pustaka adalah nama kelompok sastrawan yang karya-karyanya berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut. 1. Didominasi sifat-sifat kemelayuan dalam bahasanya. 2. Adanya potret sosial yang masih menjunjung tinggi tradisi dengan tema-tema pertentangan adat dan kawin paksa. 3. Kecenderungan didaktis dan bebas dari unsur-unsur politik dan agama. 4. Setting fisik dan setting sosial masyarakatnya sangat jauh berbeda dengan kehidupan saat ini. Bacalah kutipan novel berikut ini dan kerjakan pelatihan yang menyertainya! Bagian IV Loket bagian jawatan air dari Kotapraja tidak begitu ramai seperti biasa. ruangan di muka loket-loket yang berderet itu sudah tipis orang-orangnya. Memang hari pun sudah jam satu lebih. Yang masih berderet di muka loketku hanya beberapa orang saja lagi. Aku asyik meladeni mereka. Seorang demi seorang meninggalkan loket setelah diladeni. Ekor yang terdiri dari orang-orang itu itu makin pendek, hingga pada akhirnya hanya tinggal satu orang saja lagi. Pada saat itu masuklah seorang laki-laki muda dari pintu besar ke dalam ruangan. Ia diiringi oleh seorang perempuan. Setelah masuk, kedua orang itu berdiri beberapa jurus melihat ke kiri ke kanan, membaca merek-merek yang bertempel di atas loket- loket. “Itu!” kata si laki-laki muda itu sambil menunjuk ke loketku. Sepasang selop merah berkeletak di berkeletak di belakangnya, diayunkan oleh kaki kuning langsep yang dilangkahkan oleh seorang wanita berbadan lampai. Laki-laki itu kira-kira berumur dua puluh delapan tahun. Parasnya tampan, matanya menyinarkan intelek yang tajam. Kening di atas pangkal hidungnya bergurat, tanda banyak berpikir. Pakaiannya yang terdiri dari sebuah pantalon flanel kuning dan kemeja creme, serta pantas dan bersih. Ia tidak berbaju jas, tidak berdasi. Terkejut aku sejenak, ketika aku melihat perempuan yang melenggoi-lenggoi di belakangnya itu. Hampir-hampir aku hendak berseru. Kukira Rukmini…. Wanita itu nampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin ia lebih tua, tapi pakaian dan lagak-lagunya mengurangi umurnya. Parasnya cantik. Hidungnya bangir dan matanya berkilau seperti mata seorang wanita India. Tahi lalat di atas bibirnya dan rambutnya yang ikat berlomba-lombaan menyempurnakan kecantikannya itu. Badannya lampai tapi penuh berisi. Ia memakai kebaya merah dari sutra yang tipis, ditaburi dengan bunga melati kecil-kecil yang lebih putih nampaknya di atas latar yang merah. Kainnya batik Yogya yang juga berlatarkan putih. Orang penghabisan sudah kuladeni. “Sekarang Tuan,” kataku. “Saya baru pindah ke Kebon Mangga 11,” sahut laki-laki itu sambil bertelekan dengan tangannya di atas landasan loket. “O, minta pasang?” “Betul, Tuan!…” sejuruh ia menatap wajahku”…. Tapi… tapi tiba-tiba astaga, ini kan Saudara Hasan, bukan?” “Betul,” sahutku agak tercengang, lantas menegas-negas wajah orang itu,” dan Saudara… siapa?” “Lupa lagi?” tersenyum. “Masa lupa? Coba ingat-ingat!” Kutegas-kutegas lagi. “An! Tentu saja aku tidak lupa! Ini kan Saudara Rusli?” riang mengeluarkan tangan ke luar loket untuk berjabatan. Saat itu pula dua badan yang terpisah oleh dinding sudah bersambung oleh sepasang tangan kanan yang erat berjabatan. Mengalir seakan-akan rasa persahabatan yang sudah lama itu membawa kenangan kembali dari hati ke hati melalui jembatan tangan yang bergoyang-goyang naik-turun seolah-olah menjadi goyah karena derasnya aliran rasa itu. Kepalaku seakan-akan turut tergoncangkan, menggeleng-geleng sambil berkata, “Astaga, tidak mengira kita akan berjumpa lagi, ya. Di mana sekarang? “Di sini? Syukurlah…. Astaga! menggeleng lagi kepala. Sudah lama kita tidak berjumpa, ya? Sejak kapan?” “Saya rasa sejak sekolah HIS di Tasikmalaya dulu. Sejak itu kita tidak pernah berjumpa lagi.” “Memang, memang mengangguk-angguk memang sudah lama sekali ya? Sudah berapa tahun?” “Saya rasa tidak kurang dari lima belas tahun.” “Ya, ya, lima belas tahun berkecak-kecak dengan lidah bukan main lamanya, ya! Tak terasa waktu beredar. Tahu-tahu kita sudah tua, bukan?” Kami tertawa. “Eh perkenalkan dulu, adikku. Kartini menoleh kepada perempuan itu. Tin! Perkenalkan, ini Saudara Hasan, teman sekolah dulu.” Dengan senyum manis Kartini berkisar dari belakang ke samping Rusli, lantas dengan mengerling wajahku diulurkannya tangannya yang halus itu ke dalam loket. ….. Rusli itu adalah seorang kawanku ketika kecil. Agak akrab juga kami berteman, bukan saja oleh karena satu kelas, tapi pun juga oleh karena kami bertetangga. Kami banyak bersama. Sepak bola di alun-alun, main gundu di pekarangan orang, memungut buah kenari yang banyak tumbuh di tepi jalan raya, selalu kami bersama. Malah sakit pun pernah bersama-sama, sebab terlalu banyak makan rujak juga bersama-sama. Hanya dalam dua hal kami tidak pernah bersama-sama, yaitu kalau Rusli berbuat nakal, dan apabila aku sembahyang. Orang tuaku melarang nakal, menyuruh sembahyang. Orang tua Rusli tak peduli. Dan kalau kami bersama-sama pergi ke mesjid, maka aku untuk sembahyang, sedang Rusli untuk mengganggu khatib tua yang tuli atau untuk memukul-mukul bedug. Dan tak jarang pula aku sendiri diganggunya dalam sembahyang, dikili-kilinya telingaku, aku dipeluknya dari belakang, kalau aku sedang berdiri hendak melakukan rakaat pertama. Sesungguhnya, kami berdua sangat berbedaan tabiat, tapi anehnya, biarpun begitu masih juga kami bisa bergaul dengan karib. Memang anak-anak belum merenggangkan satu dari yang lainnya lantaran sikap, hidup yang berlainan. Oleh karena itu barangkali dunia ini baru akan bisa aman dan damai kalau penduduknya hanya terdiri dari kanak- kanan melulu. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan berdiskusi kelompok! 1. Siapa sajakah tokoh-tokoh dan karakter tokoh dalam kutipan novel tersebut? 2. Jelaskan setting fisik dan sosial dalam kutipan novel tersebut! 3. Hasan berada di sebuah jawatan. Di jawatan apakah ia bekerja? Bandingkan pengistilahan tempat bekerjanya dengan zaman sekarang! 4. Di bagian akhir kutipan novel tersebut dijelaskan bahwa Hasan terkenang pada kenangan masa kecil dengan Rusli. Permainan apa saja yang pernah mereka lakukan pada masa itu? Bandingkan dengan keadaan sekarang, apakah anak-anak zaman sekarang masih melakukan hal serupa? 5. Hasan kecil dan Rusli memiliki dua sifat yang berbeda. Gambarkan sifat-sifat keduanya! Bandingkan dengan keadaan sekarang, apakah masih ada anak yang memiliki tabiat demikian!
Novelangkatan 20-30an atau disebut juga Novel Angkatan Balai Pustaka menjadi salah satu materi yang dibahas di kelas 9 semester 2 (kalo gak salah sih..). langsung aja aku share beberapa sinopsisnya ya 1. Anak dan Kemenakan. Mr. Muhammad Yatim, dr.Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala adalah empat orang yang sudah menjalin persahabatan dari
Novel adalah karangan prosa yang panjang, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dibandingkan dengan roman, model penceritaan novel tidak begitu terperinci. Ciri khas novel yaitu adanya perubahan nasib tokoh yang diceritakan. Sejarah novel Indonesia diawali sekitar tahun 1920-an, dengan pengarang seperti Marah Rusli, Merari Siregar, Sultan Takdir Alisjahbana, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Jamaluddin Adinegoro, Hamka Abdul Malik Karim Amrullah, Sariamin Selasih/Seleguri, Suman Hs. Hasibuan, Tulis Sutan Sati, Mohammad Kasim, dan Aman Datuk Madjoindo. Novel Indonesia tahun 1920 sampai 1930-an termasuk dalam angkatan Balai Pustaka. Balai Pustaka merupakan sebuah komisi Commissie voorchet volkslectuur yang didirikan pada tanggal 14 September 1908. Tujuan pendirian Balai Pustaka adalah 1 memberi bacaan kepada rakyat untuk menyaingi penerbitan Cina, yang dianggap membahayakan pemerintah Belanda serta 2 memasukkan tujuan utama pihak penjajah ke dalam jiwa bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa syarat naskah yang masuk ke Balai Pustaka, yakni netral dari agama, tidak mengandung politik, dan tidak menyinggung kesusilaan. Untuk meningkatkan pemahaman tentang novel Indonesia tahun 1920 sampai 1930-an berikut ini adat, kebiasaan, dan etika yang terdapat dalam beberapa novel angkatan Balai Pustaka. a. Adat Adat adalah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai hukum tak tertulis sehingga bersifat mengikat masyarakat penggunanya. Adat inilah yang akan menentukan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Jika tokoh mematuhi adat yang berlaku, maka ia dianggap tokoh yang baik dan layak ditiru. Sebaliknya, jika ada tokoh yang menentang atau tidak taat adat biasanya akan dijauhi atau dihukum sesuai adat yang berlaku. b. Kebiasaan Kebiasaan merupakan budaya atau tradisi masyarakat yang turun-temurun dilakukan. Kebiasaan terkait latar belakang budaya dalam cerita. c. Etika Etika berkaitan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, atau sopan-tidak sopan pada kebiasaan tokoh-tokoh ceritanya. Etika berkaitan dengan moral atau perilaku yang terpengaruh oleh adat dan kebiasaan. d. Bahasa Bahasa yang digunakan pada karya sastra Angkatan 20-an dipengaruhi oleh bahasa daerah. Penggunaan ungkapan dan perbandingan sebagai bentuk kiasan banyak dijumpai dalam karya sastra angkatan 20-an. 1. Novel Azab dan SengsaraAzab dan Sengsara adalah sebuah novel tahun 1920 yang ditulis oleh Merari Siregar dan diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit besar di Indonesia kala itu. Novel ini mengisahkan sepasang kekasih, Amiruddin dan Mariamin, yang tidak dibolehkan menikah dan menderita. Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama dalam bahasa Indonesia. Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut. Menikahkan anak secara paksa jodoh dipilihkan orang tua Aminudin dijodohkan dengan wanita bukan pilihannya Harta merupakan pertimbangan dalam menjodohkan anak Mariamin berasal dari keluarga kurang mampu maka ditolak oleh keluarga Aminudin. Poligami laki-laki dengan istri lebih dari satu Kasibun mengku perjaka ternyata telah beristri, dan Mariamin dijadikan isteri kedua. Budaya makan keluarga selalu dilakukan bersama-sama lengkap; ayah, ibu, dan anak. Jika ada sesuatu hal yang di luar kebiasaan terjadi, maka anak diperbolehkan makan terlebih dahulu. Sementara istri harus tetap mengunggu suaminya. Anak harus menurut perintah ibunya. Kutipannya sebagai berikut. Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut. Anak sangat berbakti kepada orang tuanya. Aminudin tak mencintai wanita pilihan orang tuanya namun tak berani menolak karena baktinya kepada orang tuanya. Isteri sangat taat kepada suaminya. Meskipun Mariamin ditipu oleh Kasibun yang mengaku perjaka, ia tetap berbakti kepada suaminya. Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut. Telekomunkasi jarak jauh asih menggunakan surat atau telegram Pernikahan dipandang dari bibit, bebet, dan bobot Anak laki-laki biasanya pergi merantau untuk mencari pekerjaan 2. Novel Sengsara Membawa Nikmat Sengsara Membawa Nikmat merupakan judul sebuah novel karangan Tulis Sutan Sati yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1929. Dengan latar belakang adat budaya Minangkabau, novel ini berkisah tentang pengembaraan seorang tokoh utamanya yang bernama Midun. Gambaran pengembaraan yang diceritakan cukup realistis serta tidak terpaku di wilayah Sumatera saja namun juga sampai ke pulau Jawa. Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut. Agama dijunjung tinggiterutama Islam. Kehidupan masyarakatnya bergotong royong Penguasa sering semena-mena, bahkan berbuat kejam. Adat yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut. Mengenai warisan, harta benda yang ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi hak/diambil alih oleh keluarga asal bukan keluarga setelah menikah Sumatra Aturan adat sangat ketat, dan bagi yang melanggar hukumannya berat Penyerahan kekuasaan terhadap penerusnya dalam suatu daerah diserahkan oleh pemegang jabatan/kekuasaan sebelumnya Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut. Para pemuda memainkan permainan sepak raga prmainan bola kaki Masih jaman penjajahan Belanda Hampir semua pemuda di daerah tersebut mengenal ilmu bela diri Banyak penduduk yang tidak bisa membaca 3. Novel Salah Asuhan Salah Asuhan adalah sebuah novel Indonesia karya Abdoel Moeis yang diterbitkan tahun 1928 oleh Balai Pustaka. Novel yang kala itu terbit di Hindia Belanda ini sekarang telah dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia modern awal terbaik sepanjang masa. Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut. Penolakan secara halus dan tidak menyakiti hati saat ada yang menyatakan perasaan. Bukti Ketika Hanafi mengemukakan isi hatinya. Belenggu Kebiasaan Bukti Sementara itu. walaupun mereka telah mengetahui bahwa Hanafi akan menikah dengan Corrie. Corrie menolak secara halus. Meminta maaf apabila berbuat salah. Bukti Maka ia meminta kepada istrinya supaya disediakan kain kafan pembungkus mayatnya. Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut. Dilarang menikah beda suku. Bukti Corrie merasa tidak mungkin menjalin hubungan dengan Hanafi karena perbedaan budaya di antara mereka. Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya menunggu suami di rumah. Seorang istri bagaimanapun juga harus bersikap hangat pada suami. Rapiah dan ibunya tetap menunggu kedatangan Hanafi di kampungnya. Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut. Hanafi Bergaul dengan orang Selama di Betawi, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda,sehingga dia setiap hari dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi setamat HBS juga tidak terlepas dari lingkungan orang-orang Eropa. Corrie Mengobrol bersama Mereka suka mengobrol berdua. Rapiah Menerima perlakuan suaminya dengan pasrah. Bukti Namun, Rapiah tak pernah melawan dan semua perlakuan Hanafi diterimanya dengan pasrah. Ibu Hanafi Memperhatikan Hanafi. Bukti Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, dia menginginkananaknya menjadi orang pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya. Selama sakit, Hanafi banyak mendapatkan nasihat dari ibunya. 4. Novel Siti Nurbaya Sitti Nurbaya adalah sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada tahun 1922 Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut. Ia terbiasa memakai topi putih yang seringkali dipakai bangsa Belanda. Bukti kutipan "Topinya topi rumput putih yang biasa dipakai bangsa belanda" Seorang gadis yang selalu mengenakan gaun terbuat dari kain batis dengan motif kembang kembang berwarna merah jambu. Bukti kutipan "Gaunnya baju nona-nona terbuat dari kain batis yang berkembang merah jambu" Orang zaman dahulu merokok dengan cara yang berbeda dengan orang-orang zaman sekarang. Bukti kutipan "Dekat putri ini duduk saudaranya yang bungsu, Sutan Hamzah sedang menggulung rokok dengan daun nipah." Orang padang saat berbicara seringkali menggunakan peribahasa yang penuh arti. Bukti kutipan "Akan tetapi sebab ia seorang yang 'pandai hidup' sebagai kata peribahasa Melayu, selalulah rupanya seperti orang yang tak pernah kekuranagan. Seorang istri di masyarakat padang merupakan hamba dari laki-laki dan laki-laki itu adalah tuannya perempuan. Bukti kutipan "Bukankah laki-laki itu tuan perempuan dan perempuan itu hamba laki-laki? Tentu saja mereka boleh berbuat sekehendak hatinya kepada kita; disiksa, dipukul, dan didera dengan tiada diberi belanja yang cukup dan rumah tangga yang baik." Adat yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut. Jika akan melaksanakan proses perdukunan, hendaklah harus menyiapkan syarat-syaratnya. Bukti kutipan "Baiklah... Hamba mohon perasapan dan kemenyan serta air bersih secambung dan sirih kuning tujuh lembar." Di Padang, pernikahan dipandang sebagai perniagaan, laki-laki dibeli oleh perempuan, karna perempuan memberi uang kepada laki-laki. Bukti kutipan "Perkawinan itu dipandang sebagai perniagaan, disini laki-laki dibeli oleh perempuan" Di gunung Padang terdapat banyak kuburan, dan pada moment tertentu, tempat itu ramai dikunjungi pendatang yang ingin mendoakan arwah yang telah pergi. Bukti kutipan " Memang digunung itu banyak kuburan, sedang dipuncaknya adalah sebuah makam, didalam suatu gua batu, tempat yang berkaul dan bernazar. Sekali setahun, saat-saat akan masuk puasa pada waktu hari raya, penuhlah gunung itu dengan penziarah..." Orang besar, penghulu/orang berpangkat tinggi yang memiliki istri lebih dari 1 sudah banyak, sebab itulah adat di Padang, sebab dengan memiliki banyak istri, itu berarti dia meiliki banyak keturunan. Bukti kutipan "Sekalian penghulu di Padang ini beristeri 2,3, sampai 4 orang. Bukankah harus orang besar itu beristri banyak?" Saat ingin makan, sebelumnya harus menyiapkan makan terlebih dahulu dan bersikap seperti ada yang sudah ada. Bukti kutipan ".... menyediakan makanan diatas tikar rumput yang telah dialas dengan kain putih, terbentang di tengah rumah. Beberapa lama kemudian, duduklah Ahmad Maulana makan dihadapi istrinya, sedang Alimah & Nurbaya duduk jauh sedikit dari sana...." Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut. Janganlah kamu bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Bukti kutipan "Tatkala ayahku telah jatuh miskin, pura-pura kau tolong Ia dengan meminjamkan uang kepadanya, tetapi maksudmu yang sebenarnya hendak menjerumuskannya ke jurang yang terlebih dalam, karena hatimu terlebih bengis daripada setan itu, belum puas lagi." Apabila ada tamu yang datang hendaknya kita menyediakan minuman dan makanan kecil. Bukti kutipan "Sementara itu segala kue-kue yang lezat rasanya, diedarkanlah, dibawa kepada sekalian tamu. Demikian pula minum-minuman..." Sebagai anak muda, hendaklah kita menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Bukti kutipan "Ah jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua hari bekerja pada ayahmu. melainkan telah bertahun-tahun. Dan belum ada ia berbuat kesalahan apa-apa." Jika sedang bermain dengan teman, sebaiknya kita menjaga tingkah laku. Bukti kutipan "Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga dirimu dan si Nurbaya! Janganlah engkau berlaku yang tiada senonoh!" Jika orang tua kita sedang berbincang dengan tamu, dan kita tidak berkepentingan, sebaiknya kita masuk dan tidak perlu mendengarkan pembicaraan mereka. Bukti kutipan "Kemudian masuklah ia kedalam biliknya. Rupanya ia mengerti bahwa orangtuanya itu sedang memperbnincangkan hal yang tak boleh didengarnya." 5. Novel Salah Pilih Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut. Jika sedarah dilarang menikah, karena Asri dan Asnah sudah tinggal bersama maka penduduk desa menganggap bahwa mereka adalah sedarah sebenarnya tidak, tidak ada ikatan darah apapun. Karena merasa tidak bersalah mereka akhirnya menikah dan mereka harus keluar dari Minangkabau. Harta dan kedudukan, Rangkayo Saleah tidak menyetujui pernikahan anaknya karena mengira Kaharuddin menikah dengan wanita yang tak tentu asal usulnya sebenarnya wanita tersebut adalah anak saudagar batik. Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut. Anak yang berbakti terhadap orang tuanya, meskipun Asri ingin melanjutkan sekolah sampai menjadi dokter namun, karena ibunya memintanya untuk pulang ke kampung halamannya dan bekerja di kampung. Akhirnya Asri menuruti keinginan ibunya. Kita harus tegar menghadapi cobaan, sikap Asnah yang sabar dan tulus mencintai Asri membuahkan hasil yang manis walaupun ia harus menghadapi berbagai cacian dari Saniah. Berkat keteguhan dan kesabaran hati Asnah dalam mencintai Asri membawa kebahagiaan di akhir cerita. Kita harus bekerja keras, awal kepindahannya di Jawa, Asri dan Asnah dijauhi oleh orang-orang yang sama-sama berniaga di Jawa. Karena kerja keras mereka, akhirnya mereka dapat memajukan usahanya. Bertanggung jawab, Asri tidak berniat sedikit pun untuk menceraikan Saniah meskipun Saniah bukanlah jodoh yang terbaik.
Sebetulnyanovel-novel angkatan tahun 20-30an itu banyak. Contoh: Azab & Sengsara, Siti Nurbaya, Apa Dayaku Karena Ku Perempuan, Dara Muda, Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, Tak Puas dirundung Malang, Dian Yang Tak Kunjung Padam, Kasih Ibu, Kalau Tak Untung, Tuba Dibalas Dengan Susu.
September 26, 2022 245 pm . 5 min read Judul Novel 20-30 an akan kamu ketahui sebentar lagi di artikel ini. Di sini akan di bahas mengenai penulis beserta karya-karyanya yang pernah terbit di sekitar tahun 1920-1930. Karya-karya tersebut pernah menjadi best seller pada masanya. Berikut juga penulisnya merupakan penulis jaman sebelum kemerdekaan terjadi. Penasaran siapa saja? Yuk, simak artikel ini sampai selesai agar kamu mengetahui informasi ini secara lengkap. 1. Marah Roesli Penulis pada era 20-30 an pertama adalah Marah Roesli atau bisa di eja dengan Marah Rusli. Ia merupakan sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka. Awal ketenarannya karena sebuah karyanya yang berjudul Siti Nurbaya yang di terbitkan pada tahun 1920 dan karya tersebut sangat populer pada masanya. Bukan hanya saat itu karya yang satu ini masih populer sampai sekarang. Bukan hanya itu novel ini juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah RI tahun 1969. Berikut judul novel karya Marah Rusli tahun angkatan 20-30an lainnya diantaranya adalah La Hami. Jakarta Balai Pustaka 1924Gadis yang malang Nove Charles Dickens, 1922Indonesia, Tumpah Darahk 1928Tanah Air Jakarta Balai Pustaka tahun 1922Ken Arok dan Ken Dedes tahun 1934Siti Nurbaya 1920 2. Tulis Sutan Sati Selanjutnya Tulis Sutan Sati merupakan penulis angkatan Balai Pustaka yang lahir di Bukit Tinngi tahun 1898. Hal yang istimewa dari beliau adalah para tokoh, sifat tokoh, latar budaya dan gambaran Minangkabau secara detail. Di tambah dengan ia penganut agama islam yang kental sehingga banyak pesan moral, nasihat, dan cinta tanah air dalam setiap ceritanya. Berikut beberapa contoh judul novel 20-30an karya dari Tulis Sutan Sati, diantaranya adalah Tak Di sangka 1923Tak Membalas Guna 1932Sengsara Membawa Nikmat 1928Tjerita Si Umbut Muda 1935Syair Rosina 1933 3. Suman Hasibuan Penulis angkatan tahun 20-30 an lainnya adalah Suman Hasibuan. Beliau merupakan seorang sastrawan melayu yang berasal dari Tapanuli Riau dan merupakan sastrawan angkatan Balai Pustaka. Terinspirasi oleh ayahnya, yang berhenti dari klan Hasiban di Bengkalis yang dominan Melayu ia memakai nama pena Soeman Hs. Dan ia menyerahkan novel pertamanya jang berjudul Kasih Tak Terlerai ke Balai Pustaka. Soeman pada tahun 1961 ia mulai mendirikan sekolah-sekolah mulai dari TK, SD, SMP dan SMA. Gubernur Riau juga mengajaknya untuk mendirikan Universitas Islam Riau. Meski pensiun menjadi Guru namun ia bergabung di Badan Pemerintahan Harian dan terlibat beberapa yayasan berikut merupakan karya-karya kerennya pada masa angkatan 20-30 an, diantaranya adalah Kasih Tak Terlerai 1929Percobaan Setia 1931Mencari Pencuri Anak Perawan 1932Kasih Tersesat 1932Tebusan Darah 1939 4. Haji Abdul Malik Karim Buya hamka Penulis angkatan 20-30an lainnya ada Haji Abdul Malik Karim atau di kenal dengan nama Populernya yaitu Buya Hamka. Beliau merupakan sastrawan, jurnalis, ulama dan bahkan pendidik. Novel yang terkenal adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang diangkat menjadi sebuah film ini banyak menuai pujian. Judul novel 20-30an lainnya karya Buya Hamka diantaranya adalah Si Sabariah 1928Adat Minangkabau dan Agama Islam 1929Laila Majnun 1932Kepentingan melakukan Tabligh 1929Tan Direktur 1939Di Bawah Lindungan Ka’bah 1938Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck 1939Di Dalam Lembah Kehidoepan 1939Di Jemput Mamaknya 1939Mati Mengandung Malu 1934 5. Nur Sutan Iskandar Selanjutnya penulis angkatan 20-30an yang populer lainnya adalah Nur Sutan Iskandar. Beliau merupakan sastrawan paling produktif di generasi Balai Pustaka. Dia sudah menulis sejak tahun 1920an. Nur Sutan Iskandar amat tertarik pada permasalahan adat dan kaum muda khususnya menyangkut perkawinan. Berikut merupakan judul novel 20-30an karya dari Nur Sutan iskandar adalah Apa Dayaku Karena Aku Perempuan 1923Cinta Yang Membawa Maut 1926Salah Pilih 1928Abu Nawas 1929Dewi Rimba 1935Hulubalang Raja 1934Neraka Dunia 1937Katak Hendak jadi Lembu 1935Karena Mentua 1932Tuba Di Balas Dengan Susu 1933 6. Sanusi Pane Penulis selanjutnya ada Sanusi Pane. Beliau merupakan penulis atau sastrawan Indonesia yang digolongkan pada angkatan pujangga baru. Ia banyak menulis puisi, naskah drama, dan kajian sejarah. Ia lahir Mandailing Natal tahun 1905. Sanusi Pane mencari inspirasinya pada kebudayaan Budaya Hidu Budha di Indonesia pada masa lampau. Persatuan jasmani, rohani, dunia, akhirat, idealisme, dan matrelialisme yang tercermin dalam karya-karyanya. Sanusi juga pernah mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya pada tahun 1969 dari pemerintah RI. Berikut beberapa judul novel angkatan 20-30a karya dari Sanusi Pane, diantaranya adalah Pancaran Cinta 1926Puspa Mega 1927Madah Kelana 1931Sandhykala Ning Majapahit 1933Nyanyi Sunyi 1937Begawat Gita 1933Setanggi Timur 1939Kertajaya 1932Tengku Amir Hamzah 1934 7. Abdul Muis Penulis selanjutnya pada era 20-30an adalah Abdul Muis. Beliau merupakan sastrawan, politikus, dan juga wartawan Indonesia. Dan beliau juga merupakan pengurus besar Serikat Islam. Dan ia di kukuhkan sebagai pahlawan Nasional yang pertama oleh presiden RI Soekarno pada 30 agustus 1959. Novel yang paling terkenal miliknya adalah Salah Asuhan. Novel tersebut pernah difilmkan dengan sutradara Asrul Sani. Bukan hanya itu novel Salah Asuhan ini juga pernah di terbitkan oleh Robin Susanto dan di terbitkan dengan Judul Never the Twain oleh Foundation Library of Indonesia. Berikut merupakan judul novel angkatan 20-30an karya dari Abdul Muis, diantaranya adalah Salah Asuhan 1928Pertemuan Djodoh 1933 8. Sutan Takdir Alisjahbana Penulis selanjutnya ada Sutan Takadir Alisjahbana beliau lahir pada tanggal 11 februari tahun 1908 di Mandailing Natal Sumatra Utara. Beliau meruapak seorang budayawan, sastrawan, dan juga ahli tata bahasa Indonesia. Beliau juga merupakan salah seorang pendiri Universitas Nasional Jakarta. Novel yang terkenal karyanya adalah Layar terkembang, Dian Tak Kunjung Padam novel ini prnah mendapatkan penghargaan Satyalencana kebudayaan tahun1970 oleh pemerintahan RI. Pemikirannya mengenai bahwa Indonesia haruslah belajar mengejar ketertinggalannya dengan mencari materi, modernisasi pemikiran, dan belajar ilmu-ilmu Barat. Dan hal tersebut menjadi polemik dengan cendikiawan Indonesia. Terlepas pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana tentang Modernisasi Barat. Berikut merupakan Judul Novel 20-30an karya belau yang populer, diantaranya adalah Dian Tak Kunjung Padamu 1932Tak Putus Dirundung Malang 1929Tebaran Mega 1935Layar Terkembang 1936 Akhir Kata Nah, itulah beberapa judul novel angkatan 20-30an dari berbagai penulis keren pada zamannya. Sebetulnya masih banyak judul novel lainnya. Namun, kali ini hanya 50 judul saja yang saya bahas di artikel ini. Bagaimana apakah kamu pernah coba membaca salah satu dari judul-judul novel di atas? Jika pernah coba tulis di kolom komentar ya? Judul yang mana yang pernah kamu baca? Tulis pengalamanmu di bawah dan klik share ke media sosial kamu jika di rasa artikel ini bermanfaat.
Kebiasaan Adat, dan Etika Novel Angkatan 20-30 an. Posted by Nanang Ajim Bukti kutipan: "Tatkala ayahku telah jatuh miskin, pura-pura kau tolong Ia dengan meminjamkan uang kepadanya, tetapi maksudmu yang sebenarnya hendak menjerumuskannya ke jurang yang terlebih dalam, karena hatimu terlebih bengis daripada setan itu, belum puas lagi."
Uploaded byAstri Septiani 0% found this document useful 0 votes1K views1 pageDescriptionkumpulan novel tahun 1920-1930 dari indonesiaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes1K views1 pageNovel 20-30an 2003Uploaded byAstri Septiani Descriptionkumpulan novel tahun 1920-1930 dari indonesiaFull descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
KUMPULANJUDUL NOVEL ANGKATAN 20-30AN Ciri-ciri karya 20-an (Angkatan Balai Pustaka) 1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dlll. Ciri-ciri Angkatan 30-an (Pujangga Baru) 1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi wanita 2
0% found this document useful 0 votes7K views8 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes7K views8 pagesKumpulan Judul Novel Angkatan 20-30anJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
2 Novel Angkatan 30-an. Angkatan 30-an (Pujangga Baru) merupakan angkatan yang berani menampilkan perubahan. Perubahan ini tercermin dalam tema-tema yang diangkat tidak lagi terpengaruh oleh budaya dan adat masyarakat lama. Tokoh yang menonjol dalam angkatan ini antara lain, Armin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana.
Obtenez 134 points privilègeᴹᴰAcheter en ligneLivraison à une adresseExpédition gratuite pour les commandes d’au moins 35 $Cueillette en magasinPour savoir si la cueillette en magasin est offerte, Les prix et les offres peuvent différer de ceux en magasindescriptionLe professeur Surunen, membre d'Amnesty International, décide de quitter la Finlande pour libérer les prisonniers politiques du Macabraguay, un petit pays d'Amérique centrale. Sur place, il organise l'évasion de cinq personnes, puis, après avoir été torturé en prison, il accompagne l'un de ses protégés dans un pays communiste d'Europe de l'Est, la Moi Surunen LiberateurFormat Couverture soupleDimensions de l'article X X poDimensions à l'expédition X X poPublié le 5 mai 2015Publié par DenoëlLangue françaisConvient aux âges Tous les âges
Afxu2. ox3r45hn3q.pages.dev/148ox3r45hn3q.pages.dev/537ox3r45hn3q.pages.dev/456ox3r45hn3q.pages.dev/314ox3r45hn3q.pages.dev/592ox3r45hn3q.pages.dev/417ox3r45hn3q.pages.dev/217ox3r45hn3q.pages.dev/283
kutipan novel angkatan 20 30an